Roberto Mancini: 'Sukarelawan' yang Membuat Italia Kembali Terbang
FOOTBALL265.COM – Timnas Italia menjadi salah satu kesebelasan yang diunggulkan meraih Euro 2020 (Euro 2021) mendatang. Tentu, prediksi ini seakan menjadi pengakuan kerja keras Roberto Mancini yang berhasil mengangkat Gli Azzurri dari keterpurukan.
Pada 2017 lalu, dunia sepak bola dikejutkan dengan kegagalan Italia melangkah ke putaran final Piala Dunia 2018. Saat itu, Gli Azzurri tumbang secara agregat dengan skor 0-1 dari Swedia di babak Play-off zona Eropa.
Padahal saat itu Italia dihuni nama-nama besar. Sebut saja Gianluigi Buffon, Leonardo Bonucci, Daniele De Rossi, Giorgio Chiellini, Andrea Belotti, dan Ciro Immobile.
Sayangnya nama-nama besar pemainnya tak begitu saja membuat Italia otomatis lolos ke Piala Dunia 2018. Tak pelak, sang pelatih Gian Piero Ventura didepak dari jabatannya.
Sejatinya, pendepakan Gian Piero Ventura tak berjalan mudah. Sebab, ia masih terikat kontrak hingga 2020. Meski begitu, keputusan telah diambil. Alhasil Timnas Italia menunjuk Roberto Mancini sebagai suksesornya.
Mancini ditunjuk kendati dirinya tengah menangani Zenit St. Petersburg. Penunjukkannya pun banyak menuai kritikan yang menganggap pria berusia 56 tahun ini tak begitu cakap dalam melatih sehingga berkarier di Rusia.
Anggapan miring itu dibalas oleh Mancini yang menyebutkan dirinya mengambil pekerjaan tersebut karena tak ada pelatih yang mau mengambil jabatan pelatih Timnas Italia.
“Saat saya tiba, tak ada yang mau menjadi pelatih Italia. Mereka (FIGC) lalu meminta saya dan saya menyetujuinya,” tutur Mancini dikutip dari Football Italia.
Meski Roberto Mancini maju menjadi pelatih layaknya sukarelawan, toh mantan pelatih Inter Milan ini ternyata mampu mengangkat derajat Italia kembali yang terpuruk dan menjadi kandidat kuat sebagai kampiun UEFA Nations League 2020/21 dan Euro 2020.
1. Cara Mancini Angkat Italia dari Keterpurukan
Saat menduduki kursi Allenatore Timnas Italia, Roberto Mancini lantas melakukan perombakan di mana hal pertama yang ia lakukan adalah menyegarkan skuatnya.
Mancini memanggil beberapa pemain minim Caps seperti Jorginho dan pemain muda seperti Nicolo Zaniolo serta Federico Chiesa.
Kesempatan yang diberikan Mancini untuk pemain mimin Caps dan pemain muda nyatanya tak serta merta membuat pemain senior tersisihkan. Ia nyatanya mampu mengkombinasikannya.
Di lima laga perdananya sebagai pelatih, Mancini memainkan starting line up dengan rataan usia 25 tahun 260 hari. Catatan ini berbeda dengan lima laga Gli Azzurri sebelum dirinya datang di mana rataan usia starting line up-nya mencapai usia 28 tahun.
Selain itu, Mancini mematenkan formasi yang tak biasa di Italia yakni 4-3-3 ofensif. Formasi ini ia gunakan terus menerus dalam lima laga awal sebagai caranya memperkenalkan filosofi menyerangnya kepada para pemainnya.
Dan kerja keras Mancini pun terlihat di lima laga awalnya. Menurut The Analyst dari Opta, Italia di bawah arahan Mancini jauh lebih efektif daripada dua pelatih sebelumnya (Luigi Di Biagio dan Gian Piero Ventura) di segala metriks seperti penguasaan bola, total tembakan, total operan, dan sentuhan bola.
Usai mematenkan formasi dan filosofinya ke para pemain, Mancini lantas meneruskan kebijakannya memanggil pemain yang belum pernah membela Italia atau bahkan para pemain muda serta memanggil pemain dar tim kasta kedua (Serie B).
Hingga jelang kualifikasi Piala Dunia 2022 atau 27 laga, Mancini telah menggunakan 64 pemain atau menjadi yang terbanyak sepanjang sejarah pelatih Timnas Italia.
Dan siapa sangka, Jorginho yang tadinya terpinggirkan terbukti menjadi pemain yang sering ia mainkan dengan total 22 penampilan (1923 menit) disusul Bonucci dan Gianluigi Donnarumma.
Selain itu masih ada nama Lorenzo Insigne yang menjadi pemain kelima yang sering dimainkan Mancini. Padahal, di era sebelumnya, penyerang Napoli ini hanya bermain 15 menit saat dua leg Play-off Italia melawan Swedia.
Kepercayaan Mancini terhadap pemain yang terabaikan dan dikombinasikan dengan pemain muda serta senior menuai hasil maksimal di mana Italia hanya kalah dua kali, imbang tujuh kali dan menang 18 kali dalam 27 laga (sebelum melawan Irlandia Utara).
Catatan itu membuat Mancini menjadi pelatih dengan presentase kemenangan paling tinggi (dalam 20 laga sebagai pelatih Italia) yakni 67 persen mengalahkan Vittorio Pozzo, Arigo Sacchi dan Edmondo Fabbri.
Dan hebatnya lagi, racikan Mancini mampu membuat Italia lolos ke Euro 2020 poin sempurna atau 30 poin dari 10 pertandingan dan tak terkalahkan sejak 2018 dengan 15 kemenangan dan tiga hasil imbang (sebelum melawan Irlandia Utara) yang menjadi rekor tersendiri bagi Gli Azzurri.
Kini, Mancini tinggal membuktikan racikan dan laju apik Italia ini dengan gelar internasional pertama sejak 2006 silam. Kesempatan pun terbuka lebar untuknya di tahun ini mengingat Italia lolos ke semifinal UEFA Nations League 2020/21 dan putaran final Euro 2021.