Ketika Keberhasilan AC Milan di Piala Winners 1972-1973 Diwarnai Pengaturan Skor
FOOTBALL265.COM – Mengenang skandal pengaturan skor yang mewarnai keberhasilan AC Milan di final Piala Winners 1972-1973 kala berjumpa Leeds United.
Peran wasit sangat penting dalam sepak bola. Keputusan-keputusan yang dimilki seorang pengadil haruslah benar-benar adil agar tak ada dugaan-dugaan buruk yang muncul pasca laga berakhir.
Meski demikian, tetap saja ada wasit yang berat sebelah sehingga muncul dugaan bahwa seorang pengadil mendukung sebuah tim untuk menang atau terlibat pengaturan skor.
Di sepak bola Eropa, wasit berat sebelah sering terjadi. salah satunya saat semifinal Liga Champions 2008/09 antara Chelsea vs Barcelona.
Wasit yang bertugas kala itu, Tom Henning Ovrebo menjadi bulan-bulanan pecinta sepak bola karena keputusan-keputusannya yang berat sebelah.
Bahkan karena keputusan-keputusannya tersebut, Ovrebo harus hidup di bawah ancaman banyak pihak selama bertahun-tahun.
Kasus Ovrebo ini menjadi salah satu skandal yang terjadi di sepak bola Eropa. Beberapa dekade silam, seorang wasit juga menjadi sorotan sepertinya kala memimpi laga final Piala Winners antara AC Milan melawan Leeds United.
Karena keputusan-keputusan wasit tersebut, AC Milan dicap terlibat dalam skandal pengaturan skor saat memenangkan Piala Winners 1972/73.
Lantas, bagaimana kisahnya hingga kesalahan wasit membuat AC Milan diduga terlibat pengaturan skor saat melawan Leeds United? Berikut rangkumannya.
1. Dugaan Pengaturan Skor di Final Piala Winners
Final Piala Winners 1972/73 mempertemukan AC Milan dan Leeds United di Yunani. Laga tersebut dipimpin oleh wasit tuan rumah bernama Christos Michas.
Saat pertandingan baru berjalan 4 menit, AC Milan sudah unggul lewat gol Luciano Chiarugi. Setelahnya, Leeds pun menguasai pertandingan karena ingin mengejar ketertinggalan.
Sayangnya, usaha Leeds menyamakan kedudukan gagal tercipta. Alhasil AC Milan menjadi kampiun di Piala Winners musim 1972/1973.
Kemenangan AC Milan ini nyatanya malah menuai kontroversi. Sebab sepanjang laga, Leeds yang menguasai pertandingan banyak dirugikan oleh wasit.
Memang di laga ini, wasit Michas kerap mengabaikan pelanggaran yang terjadi di dekat gawang AC Milan. Bahkan pelatih Leeds, Don Revie sampai naik pitam pasca laga.
“Kami mampu menguasai semua lini di atas lapangan. Bila ada seseorang yang berkata bahwa kami pantas mendapatkan tiga penalti, hal itu bisa dimaklumi,” tutur Don Revie.
Karena ketidakadilan yang terpampang di atas lapangan, AC Milan kena getahnya. Saat melakukan Victory Lap (perayaan gelar dengan mengitari stadion), skuat Rossoneri dilempari oleh para pendukung Leeds.
Adapun kejanggalan yang terjadi di laga itu pun kian berbuntut panjang. Sesaat setelah Leeds mengajukan pertandingan ulang ke UEFA karena kejanggalan tersebut, wasit Christos Michas mendapat sorotan dan dihukum.
Adapun hukuman yang didapatkan sang wasit adalah larangan memimpin pertandingan seumur hidupnya karena dugaan pengaturan skor dan penyuapan tersebut.
Sedangkan AC Milan tak tersentuh. Gelar yang direngkuhnya tak dicabut dan status juara tetap menjadi milik Rossoneri sepenuhnya.
Meski kasus ini telah terjadi dalam waktu lama, Richard Corbett selaku wakil Yorkshire dan Humber di Brussel, telah mengumpulkan 15 ribu tanda tangan dalam petisinya untuk diserahkan ke UEFA.
Corbett meminta UEFA kembali menginvestigasi laga final itu dan berharap jika ditemukan bukti lainnya, maka gelar juara diberikan kepada Leeds.