Carlos Bacca, Eks AC Milan yang Pernah Jadi Kondektur Bus dan Nelayan
FOOTBALL265.COM - Mantan pemain AC Milan, Carlos Bacca, pernah menjalani profesi yang jauh dari lapangan hijau, yakni jadi kondektur bus dan nelayan.
Bisa dibilang, pria asal Kolombia ini termasuk pemain yang mengawali karier dari salah satu titik terendah dalam hidup. Bahkan, saat berusia 20 tahun, gemerlap dunia sepak bola nampak belum terlintas di benaknya.
Padahal, di usia tersebut, para pesepak bola muda rata-rata sudah memasuki fase menuju tim senior di klub yang mereka bela. Bahkan, tidak sedikit yang sudah sukses besar macam Kylian Mbappe dan Erling Haaland.
Akan tetapi, hal tersebut tidak terjadi pada Carlos Bacca. Berusia 20 tahun, ia masih harus bergulat dengan perjuangan mencari nafkah untuk hidup.
Saat itu, bukannya sibuk mengasah skill di klub sepak bola, ia justru bekerja sebagai kondektur atau pengumpul tiket bus di negara asalnya, Kolombia.
Carlos Arturo Bacca Ahumada, lahir di Puerto, Kolombia, pada 8 September 1986. Ayahnya adalah seorang nelayan, sedangkan ibunya membantu menjual ikan dan hasil tangkapan sang suami dari laut.
Besar di Puerto membuat Carlos Bacca tumbuh menjadi pribadi yang kuat lantaran setiap harinya hidup dalam situasi yang sulit. Sejak kecil, ia pun sudah terbiasa membantu ayahnya pergi menangkap ikan.
Meski begitu, Carlos Bacca muda pun tidak berbeda dari anak-anak kebanyakan. Ia sesekali, atau mungkin sering, mencuri-curi waktu untuk bermain sepak bola.
Ia sudah jatuh cinta dengan olahraga ini, sampai-sampai menolak dibelikan mainan mobil-mobilan dan lebih memilih dibelikan bola. Ya, Bacca memang ditakdirkan jadi bintang lapangan hijau, bukannya pembalap.
Walau hidup dalam kesusahan, orang tua Bacca tidak pernah mengabaikan mimpi anak mereka. Sadar bahwa si kecil berbakat, mereka pun mengirim putranya tersebut ke sekolah sepak bola saat berusia delapan tahun.
Bermain di akademi lokal, Carlos Bacca berhasil menarik perhatian dengan kemampuan olah bolanya yang apik. Akan tetapi, itu saja tidak cukup.
1. Perjuangan Carlos Bacca
Untuk jadi bintang besar di dunia sepak bola, seorang pemain tentu harus mengalami jatuh bangun yang luar biasa sepanjang kariernya. Begitu pula dengan Carlos Bacca.
Hanya saja, perjalanannya menuju level profesional mungkin tidak secepat atau semulus sejumlah rekannya yang lain. Ia masih cukup kesulitan menemukan cara untuk meroketkan namanya agar dikenal oleh banyak orang.
Pasalnya, sosok yang pernah membela AC Milan selama periode 2015-2018 tersebut, dulu lebih sering bermain untuk tim-tim yang berlaga di kompetisi amatir.
Bukan hanya sulit mendapat pengakuan dan ketenaran, Bacca juga sulit mendapat uang untuk membantu finansial keluarganya. Alhasil, ia pun terus membantu sang ayah mencari ikan sembari jadi kondektur bus.
“Saat usia 20 tahun, saya tinggal di sebuah desa di Puerto, Kolombia. Kehidupan saya saat itu sangat jauh dari kata nyaman,” kata Bacca, seperti pernah diberitakan laman footchampion.com.
“Saya berasal dari keluarga miskin dan saya harus mencari uang untuk membantu mereka,” ucapnya lagi.
Meski di kepalanya yang ada hanya kerja, kerja, dan kerja, Bacca tidak lantas mengubur mimpinya jadi pesepak bola. Sampai akhirnya, ia mendapat kesempatan trial di Atletico Junior dan dinyatakan lolos seleksi.
Berhasil sampai ke tim senior yang berlaga di liga tertinggi Kolombia, Bacca sempat mengalami hari-hari sulit lantaran dianggap sebagai pemain yang tidak terkenal. Akan tetapi, ia pada akhirnya bisa membuktikan diri.
Pada musim pertamanya, ia menjelma sebagai top skor di ajang Piala Colombia. Selama tiga musim bersama Atletico Junior, Bacca juga pernah mengantongi predikat pencetak skor terbanyak di liga dan memenangkan trofi.
Prestasi ini pun membuatnya mulai menginjakkan kaki di Eropa. Destinasi pertamanya adalah Club Brugge di Belgia, lalu Sevilla (Spanyol), AC Milan (Italia), kemudian kembali ke Negeri Matador bersama Villarreal dan kini Granada.
Carlos Bacca telah menempuh perjalanan panjang untuk jadi seorang pesepak bola yang dikenal dunia, meski awalnya ia harus bekerja cukup keras di usia produktif demi menyambung hidup.