Kiprah PSSI di Tangan Para Legenda dan Pelaku Sepak Bola yang Pernah Jadi Ketum
FOOTBALL265.COM - PSSI ternyata pernah dinahkodai oleh legenda dan mantan pelaku sepak bola seperti yang dialami oleh Federasi Sepak Bola Kamerun saat ini.
Baru-baru ini dunia sepak bola internasional dihebohkan dengan terpilihnya Samuel Eto'o mejadi Ketua Umum atau Presiden Federasi Sepak Bola Kamerun, Fecafoot (FCF) pada Sabtu (11/12/21) kemarin.
Mantan penyerang Barcelona dan Inter Milan itu mampu mengalahkan calon lain pesaing terberatnya yang tak lain adalah petahana, Seidou Mbombo Njoya.
Seidou Mbombo Njoya adalah presiden Fecafoot sejak 2018 lalu. Sebelum menjadi ketua, ia juga pernah menjabat sebagai wakil presiden Fecafoot dalam beberapa tahun.
Pemilik empat kali gelar Pemain Terbaik Afrika itu mengalahkan enam kandidat lain termasuk Seidou Mbombo dengan perolehan 43 suara dari 74 anggota federasi. Ia unggul 12 suara dari Seidou yang mengumpulkan 31 suara.
Awalnya pemilihan tersebut diikuti oleh tujuh kandidat, tetapi lima dari mereka mundur di hari pemilihan, sehingga Eto'o dan Seidou bersaing ketat memperebutkan kursi panas Presiden Federasi Sepak Bola Kamerun.
Setelah terpilih, Samuel Eto'o langsung menjanjikan perubahan untuk mengembangkan sepak bola di negaranya, termasuk janji akan membangun 10 stadion baru.
“Kebijakan Kami harus berpusat ke pesepak bola. Adalah peran kami untuk memastikan bahwa mereka yang memainkan olahraga ini mendapatkan penghidupan yang layak darinya,” ucap Samuel Eto'o sebelum pemungutan suara seperti dikutip dari Reuters.
"Saya telah berbicara dengan komunitas bisnis dan kami yakin kami akan mendapatkan investor yang tepat yang dapat menemani kami dalam memenuhi tujuan kami," lanjut pria berusia 40 tahun tersebut .
Inilah kali pertama mantan pemain yang berpanh menimba ilmu di akademi Real Madrid itu berkecimpung di dunia sepak bola pasca pensiun.
Samuel Eto’o mencoba mengikuti jejak Davor Suker (Kroasia) mantan pesepak bola top yang sukses memimpin federasi sepak bola di negerinya.
Secara pengalaman memimpin organisasi, Eto'o memang tidak punya apalagi menahkodai organisasi sebesar Fecatoot. Namun pengalaman dan kebesaran namanya sewaktu menjadi pemain diyakini akan membantu kinerjanya.
Pencalonan Samuel Eto'o telah menyedot perhatian di Kamerun dengan proses penghitungan suara sampai disiarkan langsung di televisi nasional negara Afrika Tengah tersebut.
Tugas berat sudah menanti Eto'o usai resmi terpilih. Terdekat, ia dituntut menyukseskan gelaran Piala Afrika 2022 yang akan dihelat di Kamerun pada Januari nanti.
Tak hanya itu, pria berusia 40 tahun tersebut juga diharapkan mampu membawa tim nasional Kameru lolos ke putaran final Piala Dunia 2022.
Saat ini Kameru masih harus berjuang satu tahap lagi yakni melewati babak play-off, usai menjadi juara grup D dalam Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Afrika.
1. Kiprah PSSI di Tangan Legenda dan Eks Pesepakbola
Beberapa puluh tahun lalu, PSSI sejatinya pernah dipimpin oleh legenda sepak bola Indonesia seperti Fecafoot sekarang ini.
Berdasarkan laporan Tabloid BOLA edisi khusus pemilihan Ketum PSSI 2016-2020 bertajuk "Menekan Tombol Reset", 13 Oktober 2016, tercatat ada dua legenda yang pernah menduduki kursi PSSI 1.
Mereka adalah Raden Maladi dan Maulwi Soelan di era pemerintahan Presiden Soekarno.
Nama Maladi memang tidak banyak diketahui publik Tanah Air sebagi pesepak bola. Ia mulai dikenal lewat Stadion Sriwedari yang pernah diubah namanya menjadi nama dirinya Stadion R Maladi.
Sebelum menduduki kursi PSSI 1 masa jabatan 1950 hingga 1959, Maladi aktif mejadi pesepak bola. Pria kelahiran Surakarta, 30 Agustus 1912 itu bermain sebagai kiper.
Bisa dibilang ia menjadi kiper pertama yang pernah memperkuat timnas Indonesia, usai PSSI dan NIVU (Nederlandsche Indtsche Voetbal Unde) memutuskan bersatu dan membentuk satu tim nasional dengan tittle PSSI Elftal.
Setali tiga uang dengan Maladi, Maulwi Saelan yang pernah menjabat ketua umum PSSI periode 1964 sampai 1967, juga merupakan legenda sepak bola Indonesia berposisi sebagai kiper.
Pria bernama lengkap Surachman itu memulai karier sepak bolanya di klub MOS (Main Oentoek Sports) Makassar. Keseriusannya menekuni dunia bal-balan membuat karier Maulwi menanjak usai memutuskan bergabung dengan Indonesia Muda Bandung.
Sejak saat itulah namanya membesar di sepak bola Indonesia, hingga mampu menembus skuat Timnas Indonesia untuk Olimpiade Melbourne 1965.
Kiprahnya bersama Skuad Garuda berlangsung cukup lama yakni sekitar 10 tahun dari 1951 hingga 1961. Setelah itu ia memutuskan aktif di dunia militer, hingga menjadi ajudan Presiden Soekarno.
Dari situ ia ditunjuk langsung Bung Karno untuk memimpin PSSI selama tiga tahun. Lantas bagaimana nasib PSSI di tangan para legenda itu?
Ditangan Maladi sewaktu menjabat Ketum PSSI, Timnas Indonesia dibawanya meraih medali perunggu Asia Games 1958. Sementara PSSI di bawah komando Maulwi Saelan tidak ada prestasi berarti.
Selain dua legenda, PSSI sebenarnya pernah dipimpin oleh mantan pesepakbola yaitu Djohar Arifin Husin.
Masih dalam laporan Tabloid BOLA edisi Khusus di atas, tak banyak yang menyangka bahwa Djoar adalah mantan pemain sepak bola.
Ia tercatat pernah bermain untuk PSL Langkat pada 1968 hingga 1969. Karier sepak bola Djohar berlanjut di klub papan atas kala dengan memperkuat PSMS Medan musim 1973-1976.
Perjalanan sepak bola mantan ketua umum PSSI periode 2011-2015 itu berhenti sampai di situ. Ia lalu melajutkan kariernya sebagai wasit nasional pada 1976 hingga 1987.
Namun apakah Djohar mampu membawa perubahan di tubuh PSSI seperti yang diharapkan oleh publik organisasi ini dipimpin oleh mantan pesepakbola?
Dalam kepemimpinannya banyak keputusan kontroversial yang mewarnai sepak bola Indonesia. Di antaranya mengganti kasta tertinggi Liga Super Indonesia (ISL) dengan Liga Primer Indonesia (IPL).
Kondisi itu kemudian membuat kegaduhan hingga menimbulkan dua lisme kepengurusan PSSI. Satu-satunya prestasi Djohar selama memimpin PSSI adalah Timnas Indonesia U-19 juara Piala AFF U-19 tahun 2013.
Jadi menurut sobat FOOTBALL265.COM, apakah PSSI lebih baik dipimpin oleh mantan pesepakbola nasional atau orang-orang berlatar belakang politik?