Tottenham Hotspur Sulit Diperbaiki, Antonio Conte Menyesal?
FOOTBALL265.COM - Tidak dapat dipungkiri bahwa jalan Antonio Conte untuk memperbaiki klub Liga Inggris, Tottenham Hotspur, masih sangat terjal.
Seperti diketahui, Spurs telah beberapa kali berganti manajer hanya dalam kurun waktu yang cukup singkat, tentu jika dibandingkan dengan para pesaingnya di liga.
Sejak Mauricio Pochettino, klub asal London ini seperti tidak mampu merekrut juru taktik yang bisa memuaskan dahaga mereka, untuk meraih gelar dan juga memiliki skuat berisi pemain-pemain hebat.
Spurs memang memiliki Harry Kane, Son Heung-min, dan para bintang hebat lainnya, namun pada kenyataannya mereka belum bisa bicara banyak baik di kancah domestik maupun Eropa.
Dimulai dari Jose Mourinho yang menggantikan Mauricio Pochettino, Spurs yang lelah dengan tangan dingin The Special One yang ternyata tidak bertuah di London, beralih pada Nuno Espirito Santo usai menunjuk Ryan Mason sebagai interim.
Meski memiliki reputasi yang apik saat menangani Wolverhampton Wanderers, Santo ternyata tidak bertahan lama di Tottenham Hotspur. Masih pada tahun yang sama, ia pun diganti oleh Antonio Conte.
Kedatangan pelatih asal Italia ini pun membangkitkan harapan para suporter setia Spurs, apalagi jika melihat sepak terjangnya yang gemilang. Apalagi saat direkrut, ia baru saja membawa Inter Milan juara Serie A 2020-2021.
Akan tetapi, bermodal nama besar dan track record saja bukan jaminan Antonio Conte bisa sukses secara instan di Tottenham Hotspur. Terlebih lagi, tim ini memiliki beberapa masalah yang belum mampu diatasi para manajer sebelumnya.
1. Sepak Terjang Conte di Tottenham Sejauh Ini
Jika melihat ke belakang, langkah awal Antonio Conte di Tottenham Hotspur cukup terseok-seok. Usai kalah melawan Vitesse di UEFA Conference League, ia hanya bisa membawa Spurs main imbang kontra Everton di Liga Inggris.
Meski begitu, ia berhasil menasibihkan diri sebagai manajer pertama Spurs yang melalui delapan pertandingan pertamanya di Liga Inggris tanpa kalah, mulai dari Everton (7 November 2021) sampai Watford (1 Januari 2022).
Hanya saja, selama menangani Spurs, Antonio Conte sempat beberapa kali melontarkan komentar pedas terkait penampilan para pemainnya.
Bahkan, ia tidak segan menyebut Spurs adalah tim papan tengah, yang tidak sepenuhnya salah mengingat mereka saat ini bercokol di peringkat enam klasemen sementara Liga Inggris.
Ia juga sempat menyoroti perbedaan yang mencolok antara timnya dan Chelsea saat mereka bersua di Carabao Cup tempo hari. Di pertandingan tersebut, The Lilywhites kalah 0-2 dari tim asuhan Thomas Tuchel.
“Jika Anda membandingkan kedua tim, tidak ada perbandingan. Kita berbicara tentang tim yang siap untuk menang - hari ini kita telah melihat perbedaan antara kedua tim. Kami adalah tim di tengah,
“Pertandingan ini menegaskan apa yang saya pikirkan tentang perbedaan antara tim. Dalam beberapa tahun terakhir level Tottenham telah banyak turun,” demikian bunyi kritik Antonio Conte, seperti diwartakan Daily Mail.
Bukan hanya itu, pelatih yang kini berusia 52 tahun tersebut juga menyoroti tantangan merekrut pemain baru ke skuat Spurs.
“Jujur saja, bursa transfer Januari ini tidak akan bisa berefek besar. Saat ini sangat sulit sekali untuk bisa mendatangkan pemain baru,
“Jika memang ada kesempatan, klub akan mencoba berbelanja namun sekali lagi saya tegaskan jika bursa transfer tidak bisa diharapkan. Masih ada hal lain yang sama pentingnya dan butuh perhatian lebih," jelasnya.
Ya, tugas Antonio Conte bersama Tottenham Hotspur memang cukup berat. Kondisi yang ia rasakan sekarang mungkin saja tidak terlintas di benaknya ketika mengiyakan pinangan runner-up Liga Champions 2018-2019 ini.
Sadar bahwa masalah yang dihadapi Tottenham Hotspur tidak mudah diselesaikan, dan mungkin akan memakan waktu, tentu patut dinanti akan seperti apa sepak terjang Antonio Conte selanjutnya.
Apakah ia akan berhasil memperbaiki tim yang sudah berada di papan tengah Liga Inggris setidaknya tiga musim terakhir ini? Tentu hanya waktu yang bisa menjawabnya.