Kabar Terkini Massimo Luongo, Pemain Berdarah Indonesia yang Pernah Cicipi Dua Edisi Piala Dunia
FOOTBALL265.COM - Massimo Luongo merupakan pemain keturunan Indonesia yang menolak dinaturalisasi dan memilih membela timnas Australia. Bagaimana kabarnya sekarang?
Asosiasi sepak bola Indonesia, PSSI, terus berusaha untuk mencari pemain keturunan Tanah Air yang berkarier di luar negeri untuk dinaturalisasi, atas keinginan pelatih Shin Tae-yong.
Sejauh ini sudah ada dua nama yang prosesnya sudah berjalan lancar. Mereka adalah Sandy Walsh dan Jordi Amat. Berkas keduanya sudah rampung diteliti oleh pihak Kemenpora.
Kepastian itu disampaikan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali pada Selasa (01/03/22). Ia menyebut dokumen naturalisasi keduanya kini tinggal dilimpahkan ke Kementerian Hukum dan Ham (Kemenkumham).
Sebelumnya pihak Kemenpora mengabarkan proses naturalisasi Sandy Walsh dan Jordi Amat menemui kendala, karena administari yang masih kurang lengkap. Namun hal itu dibantah oleh PSSI lewat anggota Exco, Hasani Abdulgani.
"Sebenarnya bukan dokumen (yang menjadi hambatan)," tulis Hasani Abdulgani seperti dilansir dari Instagram-nya , @hasaniabdulgani.
"Tetapi pertanyaan atau kajian mengapa harus ada pemain naturalisasi, bagaimana dengan aturan FIFA, dan lainnya yang dipertanyakan tim hukum Menpora kepada PSSI."
"Mudah-mudahan dalam satu dan dua hari ke depan akan dikirimkan ke Menpora," tambah Hasani.
Masalah tersebut sudah diselesaikan oleh PSSI, dan Zainudin Amali pun berharap proses naturalisasi Sandy Walsh dan Jordi Amat segera rampung dalam waktu dekat, agar bisa tampil di Kualifikasi Piala Asia 2023.
Selain Sandy Walsh dan Jordi Amat, PSSI juga telah menghubungi sejumlah pemain keturunan lain.
Seperti Kevin Diks, Tijjani Reijnders, Mess Hilgers, hingga Ragnar Oratmangoen. Akan tetapi mereka menolak untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).
Nama-nama di atas yang menolak dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia bukanlah yang terbaru. Sebelumnya sudah ada juga yang melakukannya, salah satunya adalah Massimo Luongo.
1. Siapa Massimo Luongo
Massimo Luongo lahir di Sydney, 25 September 1992. Ia mengaku mempunyai darah keturunan Indonesia dari pihak ibunda, Ira Luongo yang berasal dari Nusa Tenggara Barat, putri Sultan Bima dan Dompu, AA Sirajuddin.
Sedangkan ayahnya, Mario, berasal dari Italia. Luongo sendiri memilih untuk membela tanah kelahirannya, Australia.
Ia mengawali kariernya di tim lokal Australia, APIA Leichhardt Tigers. Pemain berkulit sawo matang ini juga alumni Sydney Olympic Youth yang berlaga di NSW National Premier League Mens Competions.
Talenta dan kemampuannya ternyata dilirik pemandu bakat klub Eropa. Ia berkesempatan untuk trial di Tottenham Hotspur saat masih ditangani Harry Redknapp.
Debut Luongo bersama Spurs terjadi ketika melawan stoke City di Piala Liga Inggris pada 20 September 2011. Kala itu ia masuk sebagai pemain pengganti, menggantikan Sandro menit ke-70.
Namun sang pemain gagal menembus skuad utama Spurs, sehingga ia dipinjamkan ke Ipswich Town tahun 2012. Masa belajar Luongo di sana terbilang singkat, setelah pelatih yang memboyongnya dipecat.
2. Massimo Luongo Rindukan Indonesia
Pertengahan musim 2012, ia pun kembali ke Spurs. The Lily Whites merasa sang pemain masih membutuhkan pengalaman sehingga kembali meminjamkannya ke Swindown Town pada Maret 2013.
Sempat mengalami kesulitan adaptasi, Luongo akhir mampu tampil apik. Ia menjadi pemain pilihan utama, dengan catatan 102 penampilan, 14 gol dan 15 assist.
Statistik apiknya itu membuat Luongo direkrut oleh QPR di tahun 2015. Bermain di sana rupanya kualitas Massimo Luongo semakin meningkat.
Hal itu dibuktikan ketika ia bermain cemerlang di Piala Asia 2015, saat membawa Australia juara.
Massimo Luongo mengaku memiliki kedekatan emosional dengan Indonesia, namun pemain yang berposisi sebagai gelandang itu belum pernah sekalipun berkunjung ke tanah kelahiran sang ibunda.
"Ada ikatan emosi dengan Indonesia. Aku memiliki kakek nenek, bibi, paman, dan sepupu di sana. Aku belum pernah ke (Indonesia), tetapi aku ingin berkunjung ke sana," ujar Massimo Luongo.
3. Pernah Cicipi Piala Dunia
Empat musim membela Queens Park Rangers (QPR) dengan catatan 152 penampilan dan mencetak 10 gol serta 16 assist, Massimo Luongo kemudian dijual ke Sheffield Wednesday pada Agustus 2019 dengan biaya Rp86,9 miliar.
Sejauh ini, ia sudah mencatatkan 59 penampilan dengan mencetak 3 gol serta 3 assist. Musim ini, ia tampil sebanyak 16 pertandingan di semua kompetisi termasuk di League One -kasta ketiga Liga Inggris- dan sudah mencetak 3 assist.
Sedangkan bersama timnas Australia, ia sudah tampil sebanyak 45 pertandingan dan mencetak 6 gol baik di level kelompok umur maupun tim senior The Socceroos.
Termasuk ketika ia merasakan atmosfer turnamen sepak bola paling bergengsi, Piala Dunia. Tercatat ia masuk dalam daftar pemain yang dibawa oleh timnas Australia dalam dua edisi Piala Dunia.
Pertama di Piala Dunia 2014 Brasil. Namun gelandang berusia 29 tahun tersebut menjadi penghangat bangku cadangan pada tiga pertandingan Australia di Brasil sebelum akhirnya tersingkir pada fase grup.
Di edisi Piala Dunia 2018, Massimo Luongo kembali belum dipercaya oleh pelatih Bert van Marwijk untuk tampil meski namanya masuk dalam daftar yang dibawa ke Rusia.
Ia kembali hanya menjadi penghangat bangku cadangan. Padahal di babak kualifikasi, ia tampil cukup sering dengan catatan 16 pertandingan dan mencetak 3 gol serta 1 assist.