Gacor Bersama Crystal Palace, Kok Gallagher Malah Melempem di Chelsea?
FOOTBALL265.COM – Entah apa yang terjadi dengan Conor Gallagher. Usai menggila bersama Crystal Palace, kini dirinya malah melempem bersama Chelsea.
Conor Gallagher menjadi pusat perhatian kala Chelsea bersua Leicester City di pekan keempat Liga Inggris 2022/23, Sabtu (27/08/22) malam WIB.
Dalam laga tersebut, pemain berusia 22 tahun itu tampil sebagai starter sebagai gelandang tengah, menemani Jorginho dalam skema 4-4-2.
Sayangnya, Gallagher tak bisa bermain lama di laga tersebut usai ia diusir dari lapangan di menit ke-28. Hal tersebut pun membuat Chelsea harus bermain dengan 10 orang selama lebih dari 1 jam.
Beruntung bagi Chelsea, laga yang timpang itu berakhir bagi kemenangan The Blues dengan skor 2-1 atas tamunya tersebut.
Usai laga, nama Gallagher menjadi perbincangan karena kartu merah cepat yang diterimanya. Hal ini pun membuat sang pelatih, Thomas Tuchel buka suara.
Alih-alih membelanya, Tuchel justru menyatakan bahwa kartu merah itu merupakan kesalahan Gallagher, di mana ia harus lebih hati-hati.
“Itu adalah keputusan buruk dari Conor (Gallagher) dan itu memberi Anda kekurangan. Dia bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat dan tentu dia paham itu,” ujar Tuchel pasca laga.
Kartu merah yang diterima Gallagher pun melengkapi permainan buruknya bagi Chelsea. Di laga sebelumnya kontra Leeds United, ia juga bermain buruk.
Hal ini pun memunculkan pertanyaan. Mengapa Gallagher yang moncer di Crystal Palace musim lalu, justru kini melempem bersama Chelsea?
1. Melempem bagi Chelsea
Dalam empat laga yang telah dilakoni bersama Chelsea musim ini, Conor Gallagher mendapat kesempatan dua kali sebagai starter.
Gallagher menjadi starter di dua laga terakhir Chelsea di Liga Inggris 2022/23, yakni kala menghadapi Leeds United dan Leicester City.
Pemain berkebangsaan Inggris ini menjadi starter bukan karena kualitasnya, melainkan krisis di lini tengah Chelsea seiring cederanya Mateo Kovacic dan N’Golo Kante.
Karena krisis tersebut, Tuchel bisa dianggap ‘berjudi’ dengan menempatkan Gallagher di posisi Double Pivot untuk menemani Jorginho.
Sayangnya di dua penampilan ini, Gallagher malah melempem dan tak bisa tampil apik. Catatan membuktikan bahwa dirinya bukan membuat lini tengah hidup, melainkan merusak skema.
Di laga kontra Leeds, Gallagher tak punya akurasi operan yang baik, yakni hanya 23 operan sukses dari 30 percobaan. Untuk urusan dribel pun, dirinya gagal melakukan 2 percobaan dribel.
Pun dalam bertahan. Sebagai gelandang nomor 6 di skema Double Pivot, Gallagher hanya memenangkan 1 dari 3 tekel dan juga hanya melakukan 3 intersep.
Hal serupa ditunjukkan di laga kontra Leicester City. Dalam 28 menit permainan, Gallagher kalah duel sebanyak 2 kali yang menyebabkan dirinya mendapat kartu kuning.
Catatan-catatan buruk ini pun membuat pertanyaan besar muncul. Apa penyebab utama Gallagher melempem di Chelsea usai tampil apik bersama Crystal Palace?
2. Posisi yang Tak Biasa
Kesalahan besar terdapat pada Thomas Tuchel yang mempercayakan Conor Gallagher menjadi gelandang nomor 6 dalam skema Double Pivot.
Terlebih lagi Chelsea di era Tuchel memainkan skema Double Pivot untuk mendistribusikan bola. Hal ini tak cocok dengan gaya bermain Gallagher.
Di Crystal Palace musim lalu, Gallagher bertindak sebagai pemain nomor 8 dan bukan menjadi otak permainan seperti halnya pemain nomor 6 di Chelsea.
Hal ini terbukti dari catatan operan Gallagher dalam setahun terakhir, di mana ia hanya rata-rata melepaskan 37,05 operan dengan akurasi sukses 76,4 persen.
Catatan ini berbeda jauh dengan gelandang tengah Chelsea lainnya, seperti Mateo Kovacic, Jorginho, dan bahkan Billy Gilmour yang murni pemain bernomor 6 dan 8 dalam skema Double Pivot.
Bisa dikatakan, Gallagher tak pernah cocok dengan gaya bermain Chelsea yang mengandalkan Double Pivot di formasi 3-4-1-2 atau 4-4-2. Ia lebih cocok bermain di skema 4-3-3 sebagai pemain nomor 8.
Jika diterapkan di Chelsea, Gallagher sejatinya lebih tepat di tempatkan di barisan depan, untuk mengisi posisi Mason Mount.
Pasalnya, Gallagher dan Mount punya kemiripan, yakni pemain nomor 8 yang tak hebat dalam mengatur ritme, namun agresif dalam menyerang.
Dengan formasi andalan Tuchel yakni 3-4-2-1, 3-5-2, dan 4-2-2-2, sejatinya tak ada tempat bagi Gallagher dan bahkan bagi Mount di Chelsea.
Sehingga wajar jika Gallagher justru melempem. Sehingga harus ada yang berkorban nantinya di kubu Chelsea, yakni Tuchel dengan skemanya dan Gallagher dengan gaya bermainnya.