Bikin Inter Milan Terseok-seok, Ini 3 'Kutukan' yang Bisa Diulang Simone Inzaghi
FOOTBALL265.COM - Simone Inzaghi tengah mendapat sorotan usai mencatatkan hasil kurang impresif bersama klub Liga Italia (Serie A), Inter Milan.
Minggu (18/09/22) kemarin misalnya, Samir Handanovic dkk dipermalukan Udinese dengan skor 1-3 pada matchday ketujuh Liga Italia musim ini.
Nerazzurri sejatinya sempat memimpin jalannya pertandingan setelah gol cepat Nicolo Barella pada menit ke-5.
Akan tetapi, gol bunuh diri Milan Skriniar pada menit ke-22 justru membuka gerbang petaka bagi Inter Milan.
Anak-anak asuh Simone Inzaghi pun harus membuka mata lebar-lebar dan ikhlas pulang dengan satu poin, setelah kedudukan berubah menjadi 1-1 sampai menit-menit akhir pertandingan.
Akan tetapi, berbagi angka saja tidak cukup bagi Udinese. Dewi fortuna langsung memberi tambahan dua gol untuk mereka sebelum peluit panjang berbunyi.
Masing-masing gol dari Jaka Bijol dan Tolgay Arslan membuat papan skor berubah menjadi 2-1. Inter Milan yang gagal mengejar ketertinggalan akhirnya kalah dan harus pulang dengan kepala tertunduk.
Akibat hasil ini, Nerazzurri terperosok ke peringkat tujuh klasemen sementara Liga Italia dengan 12 poin.
Di sisi lain, Udinese bertengger di peringkat tiga dengan 16 poin serta mengantongi lima kemenangan sempurna dari lima laga terakhirnya di liga.
Menyusul hasil minus di pertandingan Udinese vs Inter Milan, Simone Inzaghi pun jadi bulan-bulanan publik dan bahkan terancam didepak dari klub.
1. 'Kutukan' Masa Lampau
Kekalahan di tangan Udinese sendiri memang jadi catatan merah Simone Inzaghi selama menukangi Inter Milan awal musim ini.
Bagaimana tidak? Mereka sudah kalah tiga kali dari tujuh pertandingan di Liga Italia, yang ternyata bukan kali pertama terjadi.
“Ini adalah kali keempat sejak 1994/1995 Inter Milan kalah tiga kali dari tujuh pertandingan Liga italia, pada musim 1998/1999, 2000/2001, dan 2011/2012,” tulis Opta di Twitter.
Dan parahnya, saat itu Inter Milan selalu gagal finis di 4 besar saat akhir musim. Bukan tidak mungkin, jika kutukan berulang, Simone Inzaghi bakal mencatatkan hasil serupa pada 2022-2023 ini.
2011-2012
Pada musim ini, Inter Milan juga mengawali langkah mereka dengan sedikit tergopoh-gopoh. Bahkan, laga kontra Novara pada yang berakhir dengan kekalahan 1-3 juga banjir kartu di kubu Nerazzurri.
Setidaknya, ada empat pemain yang tercatat mendapat kartu kuning plus Esteban Cambiasso yang diusir dari lapangan.
Saat akhir musim, Inter Milan finis di peringkat 6 dengan raihan 58 poin. Alhasil, mereka hanya bisa berpartisipasi di Liga Europa lewat jalur kualifikasi ketiga.
Pada musim ini pula, Gian Piero Gasperini yang awalnya datang sebagai pengganti Leonardo Araujo dipecat Inter Milan pada September 2021.
Posisinya kemudian digantikan Claudio Ranieri, yang kemudian juga angkat kaki pada Maret 2012 dan menyerahkan tongkat estafet selanjutnya ke Andrea Stramaccioni.
Akankah musim ini pergantian pelatih lebih dari sekali ini bakal terulang lagi di Inter Milan era Simone Inzaghi?
2. Dua Musim Lainnya
2000-2001
Menarik lebih jauh lagi ke belakang, Marco Tardelli didapuk menjadi pelatih setelah Inter Milan kalah di matchday pertama mereka melawan Reggina.
Meski sempat mencatatkan kemenangan melawan Napoli setelahnya, Marco Tardelli juga membawa timnya kalah di tangan Udinese dan Lecce di tujuh pertandingan awal liga.
Pada akhir musim, Inter Milan finis di peringkat lima klasemen akhir dengan 51 poin, dengan jumlah gol dan kemasukan yang sama besar (47).
1998-1999
Sebenarnya Inter Milan mengawali musim dengan hasil yang tidak terlau buruk setelah mencatatkan tiga kemenangan dan satu kali imbang.
Hanya saja, mereka malah mengalami tiga kekalahan beruntun yang mengejutkan, masing-masing menghadapi Lazio, Juventus, dan Bari.
Seperti musim-musim lainnya, kali ini Inter Milan juga mengalami pergantian pelatih, yakni Mircea Lucescu yang merapat saat akhir tahun 1998.
Namun sayang, masa baktinya bersama Nerazzurri ternyata tidak berlangsung lama. Luciano Castellini menggantikannya berselang beberapa bulan saja.
Posisi caretaker ini pun diambil alih Roy Hodgson pada 1999 sebelum peran juru taktik jatuh ke tangan Marcelo Lippi.
Pada musim 1998-1999 ini, Inter Milan finis di peringkat delapan klasemen akhir Liga Italia dengan raihan 46 poin.
Yang lebih mengerikannya lagi, mereka mencatatkan jumlah kemenangan yang lebih sedikit (13) dari jumlah kekalahan (14). Sementara itu, sisanya (7) berakhir dengan hasil imbang.