Jangan Bandingkan Progres 6 Tahun dengan 3 Bulan, Man United Harus Tetap Solid Usai Derby Manchester
FOOTBALL265.COM - Manchester United menelan kekalahan memalukan dari rival sekotanya, Manchester City, dalam lanjutan Liga Inggris (Premier League) 2022/2023.
Sempat diprediksi bisa memberikan perlawanan sengit pada The Cityzens, yang ada The Red Devils dibantai habis dengan skor telak 6-3.
Petaka dimulai sejak menit kedelapan saat Phil Foden melepas sepakan kaki kiri yang tidak bisa dibendung oleh kiper David de Gea karena dekatnya jarak.
Erling Haaland kemudian semakin membuat publik Etihad Stadium bersorak usai menggandakan keunggulan City di menit ke-34.
Tuan rumah bahkan bisa unggul 4-0 saat peluit tanda jeda dibuntikan dengan tambahan satu gol dari Foden maupun Haaland.
Pada paruh kedua United bisa melesakkan tiga gol via Antony Santos dan Anthony Martial (2) namun semua itu seolah tidak berguna.
Foden dan Haaland mampu menyempurnakan hattrick mereka sekaligus menggenapkan kedudukan 6-3 di Derby Manchester edisi 178 tersebut.
Pasca laga banyak yang menyebut jika Manchester United belum bisa menyamai level permainan Manchester City. Bahkan fans mereka sendiri.
Hanya saja itu adalah sebuah kewajaran. Justru jika hasil pertandingan terbalik, maka namanya berubah jadi keajaiban.
1. Guardiola Punya Dukungan Penuh City
Manchester City bersama pelatih mereka, Pep Guardiola, sudah membangun chemistry sejak 2016/2017. Kurang lebih enam tahun.
Sementara itu Erik ten Hag baru tiba di Manchester United pada Juli tahun ini. Bukan waktu yang cukup untuk menanamkan taktik dan filosofinya pada para pemain.
Selain itu City juga memberi dukungan penuh pada Guardiola dalam bentuk dana transfer yang nyaris tidak terbatas.
Di musim pertamanya di Liga Inggris saja Guardiola dipersilahkan untuk menghabiskan lebih dari 215 juta Euro.
Eks manajer Barcelona dan Bayern Munchen itu mendatangkan nama-nama top seperti Ilkay Gundogan, Leroy Sane, John Stones, dan Gabriel Jesus.
Hingga musim ketujuhnya bersama City, Guardiola diperkirakan sudah menghabiskan lebih dari 1 miliar Euro untuk belanja pemain.
Untuk Ten Hag, ia banyak menemui kendala di bursa transfer. Tidak banyak pemain hebat yang tertarik untuk ikut dalam proyeknya membangkitkan United dari tidur panjang.
Juru taktik asal Belanda itu memang bisa menggaet Anthony Santos, Lisandro Martinez, dan Tyrell Malacia namun ketiga pemain tersebut belum punya reputasi sebagai bintang top Eropa.
Christian Eriksen dan Casemiro boleh dianggap sebagai pengecualian namun mereka pun bukan opsi pertama bagi Erik ten Hag.
Jika sesuai rencana, harusnya United memberi sang meneer setidaknya satu striker baru plus gelandang sentral anyar dalam sosok Frenkie de Jong.
2. Sabar Pangkas Jarak Kualitas
Saat datang ke Manchester City, Pep Guardiola juga sudah berstatus sebagai manajer terbaik dunia berkat suksesnya di klub-klub sebelumnya.
Reputasi ini sangat membantunya dalam merekrut sebanyak mungkin pemain yang diinginkan.
Sedangkan Erik Ten Hag walau secara usia lebih senior namun masih berusaha membangun citranya sebagai manajer top.
Ia memang punya banyak trofi dan taktik jitu namun semua itu baru bisa ditunjukkan bersama Ajax Asmterdam yang memang sudah dominan di Belanda/
Ten Hag masih belum bisa dibandingkan sama sekali soal kualitas dengan Guardiola.
Harus diingat jika kala sama-sama menukangi Bayern Munchen, Guardiola memegang tim senior sementara Ten Hag hanya diserahi tim cadangan.
Namun bukan berarti selamanya United akan berada terus di bawah bayang-bayang City dengan Ten Hag di posisi manajer.
Semuanya butuh proses. Bahkan Guardiola pun tidak langsung menjadi juara Liga Inggris di musim pertamanya bertugas.
Semua elemen Manchester United seperti petinggi, fans, dan juga pemain hanya perlu terus percaya pada Erik ten Hag.
Dengan dukungan yang cukup maka cepat atau lambat mereka bisa bersaing lagi dengan Manchester City dan Pep Guardiola di Liga Inggris.