Bukan Mustahil, 'Produk Lokal' yang Pilih Mundur dari Ketua Umum PSSI karena Malu
FOOTBALL265.COM - Sejumlah sosok pernah memilih mundur dari kursi Ketua Umum PSSI karena malu dengan sejumlah masalah yang melanda persepakbolaan Indonesia.
Kursi Ketua Umum PSSI yang saat ini dijabat oleh Mochamad Iriawan alias Iwan Bule tengah digoyang, buntut dari tragedi maut di Stadion Kanjuruhan.
Seperti diketahui, sepak bola Indonesia saat ini tengah berkabung karena terjadi peristiwa mematikan usai pertandingan Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya di pekan ke-11.
Laga bertajuk Derby Jawa Timur itu berakhir dengan skor 2-3 untuk kemenangan Bajul Ijo.
Hasil itu juga sekaligus memutus rekor buruk Persebaya yang dalam 23 tahun terakhir, tak pernah menang atas Arema FC di Malang.
Namun sayang, kekalahan ini tampaknya tidak diterima oleh oknum pendukung tuan rumah, Aremania. Mereka pun langsung meluapkan kekecewaan dengan melakukan protes turun ke lapangan.
Tidak lama kemudian, pihak keamanan Polri dan TNI yang berjaga memerikan sikap tegas, agar para suporter kembali ke tribun untuk menghindari aksi anarkis.
Akan tetapi jumlah suporter yang turun justru semakin bertambah hingga sulit dikendalikan, sehingga aparat melepaskan tembakan gas air mata, guna mengendalikan massa.
Sayangnya, gas air mata tidak hanya ditembakan ke lapangan untuk membubarkan massa yang turun, tapi juga di area tribun penonton.
Hal itu kemudian memicu kepanikan, dan membuat suporter berlarian ke arah pintu keluar.
Alhasil, terjadi penumpukan massa. Desak-desakkan pun tak terelakkan hingga jatuh banyak korban jiwa.
Banyak yang meninggal karena terinjak injak penonton yang berebut untuk keluar stadion.
Dari kejadian itu, data awal kabarnya memakan korban jiwa hingga 125 orang, namun setelah beberapa hari usai kejadian, banyak korban lain yang baru teridentifikasi.
Menurut data Kepolisian, korban tragedi Kanjuruhan memakan korban jiwa hingga 131 orang. Buntut insiden ini pun membuat publik marah.
Salah satu kemarahan mereka menuntu para pengurus PSSI mundur terutama sang Ketua, Mochamad Iriawan.
Bahkan saat ini sudah muncul petisi menuntut pria yang karib disapa Iwan Bule itu untuk mundur, dan sudah ditanda tangani ribuan orang.
Petisi untuk menuntut mundurnya ketua PSSI ini diinisiasi oleh Emerson Yuntho yang kini bertugas sebagai Koordinator Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan Indonesia Corruption Watch (ICW).
Menanggapi tuntutan itu, Iwan Bule mengaku desakan publik tidak berdasar karena menurutnya mundur bukanlan cara untuk bertanggung jawab.
"Bentuk tanggung jawab saya adalah sekarang. Kalau tidak tanggung jawab, ya saya masih ada di Jakarta," ujar pensiunan Perwira Polisi bintang dua tersebut.
"PT LIB pun di luar. Ini semua tanggung jawab Panpel, memang begitu aturannya. Kalau netizen ngomong begitu, mohon maaf saya tidak tahu apa dasarnya," tuturnya lagi.
Pernyataan Iwan Bule itu menegaskan seseorang yang sudah menjabat sebagai Ketua Umum PSSI sulit untuk mundur meski terus didesak oleh publik.
Akan tetapi bukan berarti hal itu mustahil terjadi, karena dalam sejarahnya sejak era profesional Liga Indonesia dimulai tahun 1993 sudah banyak sosok yang pernah meletakkan jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI, siapa saja?
1. Ali Sadikin
Setelah masa jabatan Bardosono berakhir, Ali Sadikin segera mengambil tongkat estafet kepemimpinan ketua PSSI yang berlaku sejak 1977 hingga 1981.
Prestasi terbaik yang ditorehkan oleh Ali Sadikin adalah menggulirkan kompetisi sepak bola semi pro (Galatama) sejak 1979.
Sama seperti di era Bardosono, Timnas Indonesia saat itu juga diserang dengan isu suap yang terjadi. Isu tersebut berkembang setelah Timnas Indonesia diketahui alami kekalahan dari Brunei dan Malaysia (1-6).
Ali Sadikin saat itu menilai bahwa teknis yang hebat dari seorang pemain tidak ada artinya jika tak disertai dengan jiwa dan kepribadian yang kuat.
Pada akhirnya Ali Sadikin memutuskan untuk mundur pada 1980 setelah dirinya terus mendapat sorotan.
Azwar Anas
Bisa dikatakan masa kepemimpinan Azwar Anas (1991-1999) di kursi ketua PSSI merupakan saat-saat terbaik sepak bola Indonesia.
Bagaimana tidak, Timnas Indonesia berhasil meraih peringkat tertinggi sepanjang sejarah pada September 1998 dengan berada di tempat ke-76 dalam rangking dunia.
Tak hanya itu, gelar juara terakhir yang diraih oleh Timnas Indonesia juga terjadi saat Azwar Anas yaitu menjadi pemenang di SEA Games 1991.
Sayang berbagai pencapaian itu seakan ternoda oleh sepak bola gajah yang terjadi pada Piala AFF 1998 (dahulu bernama Piala Tiger).
Kasus sepak bola gajah yang menampar wajah persepakbolaan Indonesia saat itu juga membuat Azwar Anas menjadi bulan-bulanan di tanah air.
Akhirnya dengan jiwa besar, Azwar Anas yang kala itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mundur dari ketua PSSI.
2. Edy Rahmayadi
Kongres PSSI di Sofitel Hotel, Nusa Dua, Bali pada 20 Januari 2019 menghadirkan kejutan bagi para peserta dan publik sepak bola Nasional.
Di hadapan para peserta, Edy Rahmayadi yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Umum menyatakan mundur dari jabatannya.
Hal itu karena ia ingin fokus mengurus Sumatera Utara sebagai gubernur, namun ia menyangkal lari dari masalah yang melanda persepakbolaan Indonesia.
Masalah terbesar sepak bola Indonesia era Edy Rahmayadi adalah skandal pengaturan skor yang masif terjadi.
Satgas Antimafia Sepak Bola bentukan mantan Kapolri Tito Karnavian, menciduk sepuluh tersangka match fixing.
"Biar saya keluar demi PSSI yang lebih baik. Demi Allah, bukan karena saya mau menyerah tapi kepentingan bang ini segala-galanya," ujar mantan Pangkostrad itu.
"Saya mundur bukan karena saya tak bertanggung jawab. Mudah-mudahan wartawan membantu PSSI lebih baik," tambahnya.
Mundurnya Edy Rahmayadi dibarengi dengan mengesahkan nama Joko Driyono naik menjabat Ketua dari posisi sebelumnya Wakil Ketua, sebagai pelaksana tugas (PLT) hingga masa periode Edy berakhir pada 2020 lalu.