5 Pesepak Bola yang Lahir di Tempat Konflik dan Peperangan
FOOTBALL265.COM - Pesepak bola top dunia tidak selalu hadir dari wilayah aman dan nyaman. Bahkan, ada pula yang berasal dari sebuah lingkungan yang sedang berkonflik.
Hal tersebut memang bukan keinginan dari semua orang. Namun, lahir dari kondisi tersebut membuat sang pemain harus pindah untuk melanjutkan kehidupannya.
Kini, mereka yang selamat dari konflik, justru berubah menjadi pesepak bola terkenal. Namanya malang melintang ke berbagai penjuru dunia.
Kehidupannya pun jauh berbeda. Mereka kini hidup dengan lebih tenang dan damai sehingga performanya tetap terjaga.
Berikut lima pesepak bola yang lahir di wilayah konflik atau peperangan.
Alphonso Davies
Alphonso Davies lahir di kamp pengungsian bernama Buduburam, Ghana, pada 2 November 2000. Dia berasal dari keluarga pengsungsi Liberia.
Setahun sebelum Davies lahir, Liberia sedang terjadi peristiwa perang saudara yang memaksa warganya harus bermigrasi, termasuk keluarga Davies.
Setelah lima tahun menetap di Ghana, Davies dan keluarga pindah ke Kanada dan menetap di sana. Kehidupannya mulai membaik.
Di Kanada, Davies bergabung dengan Free Footie, klub sepak bola yang dikhususkan untuk siswa sekolah yang berkekurangan secara finansial.
Pada Juni 2017, sepekan setelah mendapatkan kewarganegaraan Kanada, Davies menjadi pemain termuda yang pernah tampil untuk Timnas Kanada, yakni di usia 16 tahun.
1. Luka Modric
Luka Modric lahir di Kroasia pada 1985 dan tumbuh bersama kakek-neneknya di sebuah desa bernama Modrici. Sayangnya, perang yang terjadi membuat segalanya berubah.
Selama perang kemerdekaan Kroasia, ayah Modric terus bertugas karena berprofesi tentara. Sedangkan, kakeknya dibunuh pemberontak Serbia.
Kondisi ini membuat keluarga dari gelandang kawakan Real Madrid ini terpaksa meninggalkan rumahnya yang kemudian ludes dibakar habis. Keluarga Modric pindah ke kota Zadar.
Di Zadar, Modric dan keluarganya tinggal di sebuah hotel pengungsian selama bertahun-tahun. Pada akhirnya, dia direkrut oleh klub Kroasia, NK Zadar, dan di sinilah kehidupannya mulai berubah.
Awer Mabil
Awer Mabil lahir lahir pada tahun 1995 di kamp pengungsian Kakuma di Kenya. Orang tuanya melarikan diri dari konflik dan perang saudara Sudan.
Bakat bermain Mabil mulai tampak saat keluarganya bermigrasi ke Australia pada 2006. Dia pun bermain untuk Adelaide United sebelum memulai debutnya di timnas pada 2018.
Dia juga mencetak gol untuk membantu Australia mengamankan satu tempat di Piala Dunia 2022.
2. Eduardo Camavinga
Eduardo Camavinga lahir di sebuah kamp pengungsian di Cabinda, Angola, pada 2002. Orang tuanya berasal dari Republik Demokratik Kongo dan berpindah ke Prancis di usia Camavinga ke-2.
Kemampuannya bermain mulai dilirik para pencari bakat di Eropa. Lalu di usianya yang ke-17, Camavinga jadi pencetak gol termuda Prancis dalam lebih dari satu abad.
"Saya bersyukur bisa bermain dan melakukan hal ini sebagai mantan pengungsi. Saya harap jutaan pengungsi lainnya di dunia tahu bahwa kita berdiri bersama," katanya.
Victor Moses
Victor Moses berusia 11 tahun ketika orang tuanya terbunuh di rumah mereka selama kerusuhan agama sekitar tahun 2002. Saat itu, Moses sedang bermain sepak bola.
Dia pun kemudian bersembunyi bersama teman-temannya sampai mereka kondisi mulai aman. Moses pun melarikan diri ke Inggris.
Di Inggris, Moses diasuh oleh sebuah keluarga di London selatan dan terus bermain sepak bola. Sehingga akhirnya dia bergabung dengan Crystal Palace dan kini di Chelsea.