Mengenang Piala AFF 2004, Saat Skuat Local Pride Indonesia Dihajar Barisan Naturalisasi Singapura
FOOTBALL265.COM – Timnas Indonesia pernah bernasib sial saat berhadapan dengan tim penuh pemain naturalisasi milik Singapura di gelaran Piala AFF 2004.
Seperti diketahui, timnas Indonesia baru memulai penggunaan pemain naturalisasi sejak gelaran Piala AFF 2010.
Kala itu, tim Garuda memanggil dua pemain naturalisasi, yaitu Irfan Bachdim dan Cristian Gonzales yang tampil bagus dalam Piala AFF 2010.
Hanya saja, jalan timnas Indonesia kala itu terhenti di babak final ketika dikalahkan Malaysia 0-3 di Stadion Bukit Jalil dan hanya mampu membalas dengan kemenangan 2-1 di Stadion Gelora Bung Karno.
Setelah gelaran tersebut, timnas Indonesia selalu menyertakan pemain naturalisasi dalam setiap keikutsertaan mereka di gelaran Piala AFF, termasuk pada tahun 2022 kali ini.
Sedianya, tim yang diasuh oleh Shin Tae-yong ini membawa lima pemain naturalisasi, yaitu Elkan Baggott, Jordi Amat, Sandy Walsh, Marc Klok, hingga Ilija Spasojevic.
Hanya saja, Elkan Baggott kemungkinan tak akan turut serta karena harus membela klubnya, Gillingham FC dalam laga Piala Liga Inggris melawan Wolverhampton Wanderers dan Piala FA melawan Leicester City.
Kondisi ini tentu akan menyulitkan timnas Indonesia, meskipun masih ada Jordi Amat dan Sandy Walsh yang bisa memperkuat lini depan di gelaran Piala AFF 2022.
Namun demikian, sebelum menggunakan banyak pemain naturalisasi, timnas Indonesia sempat dibuat kesulitan kala menghadapi lawan dengan komposisi serupa.
Kejadian ketika timnas Indonesia dibuat hancur olah skuat naturalisasi adalah saat mereka bertemu Singapura di gelaran Piala AFF 2004.
1. Indonesia Andalkan Pemain Legendaris
Menilik catatan Wikipedia, Indonesia kala itu memang mengandalkan nama-nama lokal dengan mengandalkan para legenda, seperti Hendro Kartiko, Charis Yulianto, Ponaryo Astaman, hingga Kurniawan Dwi Yulianto.
Sementara, ada beberapa pemain muda yang turut serta dalam skuat timnas Indonesia yang dibesut oleh Peter Withe, seperti Boaz Solossa, Syamsul Chaeruddin, hingga Hamka Hamzah.
Perpaduan skuad muda dan senior ini mampu mengguncang gelaran Piala AFF 2004 yang kala itu masih bernama Piala Tiger 2004.
Tim Garuda kala itu mampu menghancurkan Laos, Vietnam, dan Kamboja, sebelum ditahan imbang Singapura di babak penyisihan grup dengan total 17 gol tanpa kebobolan.
Hanya saja, Indonesia yang digadang-gadang sebagai juara Piala AFF 2004 kala itu justru takluk dari Singapura di babak final.
Materi pemain negeri Singa sendiri mengandalkan tiga pemain naturalisasi, yaitu bek asal inggris, Daniel Bennett dan dua pemain Nigeria, Agu Casmir dan Itimi Dickson.
Selain itu, ada beberapa pemain tangguh lainnya dari Singapura yang menyulitkan Indonesia, seperti bek tengah, Baihakki Khaizan, gelandang, Muhammad Ridhuan.
Selain itu, Singapura yang dibesut pelatih asal Serbia, Radojko Avramovic mengandalkan dua penyerang, Noh Alam Shah serta Indra Sahdan Daud.
Pada laga pertama di babak final, Singapura mampu menaklukkan Indonesia di hadapan pendukungnya yang memadati Stadion Gelora Bung Karno dengan skor 1-3.
Tanpa Boaz Solossa yang cedera di laga pertama, Indonesia pun gagal mengejar skor usai kembali kalah dari Singapura dengan skor tipis 1-2 di laga leg kedua final Piala AFF 2004.