Karier Isco yang Jatuh Sebelum Memuncak dan Kutukan bagi Para Pemenang Golden Boy Award
FOOTBALL265.COM - Francisco Roman Alarcon Suarez atau yang lebih dikenal sebagai Isco kembali menjadi headline di dunia sepakbola.
Hanya saja bukan karena hal positif melainkan akibat pemutusan kontrak dengan klubnya, Sevilla, pada Rabu (21/12/22) lalu.
Belum diketahui apa alasan tidak dilanjutkannya kerja sama yang seharusnya berdurasi dua tahun tersebut namun yang jelas pasti ada ketidakcocokan antara kedua belah pihak.
Isco yang didatangkan secara cuma-cuma dari Real Madrid pada bursa transfer musim panas 2022 lalu padahal tampil cukup sering bagi Sevilla di musim ini.
Di ajang Liga Spanyol dan Liga Champions total sang gelandang serang memainkan 18 pertandingan (15 starter) dengan sumbangan satu gol dan tiga assist.
Cukup sedih melihat Isco lagi-lagi harus berstatus sebagai free agent untuk kali kedua karena alasan performa dan bukannya pilihan sendiri.
Padahal usianya baru 30 tahun. Bagi sebagian besar pesepakbola, biasanya di umur awal kepala tiga mereka masih menikmati puncak karier dan telah matang secara mental juga tekhnik.
Isco pada satu dekade lalu diprediksi akan menjadi salah satu pemain terbesar Spanyol di posisinya seperti Xavi Hernandez atau Andres Iniesta.
Bakat besarnya sudah terlihat saat ia masih membela akademi Valencia. Sampai-sampai saat ia baru memainkan tujuh laga senior saja untuk Los Che, Isco sudah dbeli oleh Malaga yang saat itu tengah kedatangan investor kaya.
Bersama Los Albicelestes, sang playmaker kian bersemi dan dalam dua musim sebanyak 17 gol dan 11 assist dapat dikoleksinya. Anugerah Golden Boy 2012 pun diberikan pada Isco namun siapa sangka jika hal ini justru menjadi 'puncak tertinggi' kariernya.
1. Beban Golden Boy
Golden Boy memang penghargaan prestisius bagi pemain muda U-23 yang bermain di Eropa namun seakan anugerah ini membawa beban tersendiri bagi para pemenangnya.
Sejak dibuat pada 2003 silam, Golden Boy selalu jatuh ke tangan para wonderkid brilian hanya saja entah kenapa karier mereka banyak yang stagnan sebelum mekar maksimal.
Memang benar banyak yang akhirnya menjadi legenda besar dengan puluhan trofi untuk klub dan negara seperti Lionel Messi, Cesc Fabregas, Wayne Rooney, atau Sergio Aguero namun lebih tidak sedikit yang tidak seberuntung mereka.
Entrah karena cedera atau perihal kepribadian yang kurang terbentuk. Contohnya Anderson, Alexandre Pato, Mario Gotze, Mario Balotelli, Anthony Martial, dan Renato Sanches.
Paul Pogba, Raheem Sterling, dan Joao Felix bisa juga menyusul masuk dalam daftar hitam jebolan Golden Boy namun sepertinya ketiga pemain tersebut masih dalam kategori aman setidaknya untuk sekarang.
Seperti para pemenang Golden Boy lain, Isco sebenarnya punya karier yang mentereng dan membuat iri para pemain kebanyakan.
Terutama saat ia bergabung bersama Real Madrid pada 2013/2014. Menjadi pemain Los Blancos adalah satau satu prestasi tertinggi bagi seorang bintang lapangan hijau.
Kedatangan Isco membuat Real Madrid rela melepas Mesut Ozil yang merupakan salah satu dirijen permainan terbaik kala itu.
Begitu juga dengan Jose Callejon dan Pedro Leon yang merupakan pemain lokal yang jadi favorit fans. Keduanya mengikuti langkah Ricardo Kaka yang juga ditendang dari Santiago Bernabeu.
Setahun kemudian giliran Xabi Alonso, Angel Di Maria, dan Nuri Sahin yang didepak oleh Real Madrid. Semakin kentara jika Isco memang sangat dipercaya Si Putih bisa menjadi bintang terang di masa depan.
2. Tak Pernah jadi Pemain Penting Seutuhnya
Isco di musim debutnya bersama Real Madrid bisa memainkan 53 pertandingan dan mengemas 11 gol berikut sembilan assist. Statistik tersebut membuatnya semakin membuat publik percaya jika ia memang calon pemain besar.
Setelahnya Isco selalu menjadi pujaan warga Santiago Bernaebu namun status sebagai starter reguler tidak pernah bisa ia benar-benar amankan.
Bahkan ia sempat dijadikan kambing hitam apabila Real Madrid menuai hasil buruk.
Isco bahkan berujar jika selama di ibu kota Spanyol ia jarang membaca berita atau berselancar di sosial media.
Di sana ia melihat jika pesepakbola statusnya bisa setinggi dewa kemudian jatuh bak rakyat jelata dalam waktu yang singkat saja yang mungkin membuatnya hilang fokus.
Keadaan diperparah dengan beberapa kali rumor transfer selalu dikaitkan dengannya karena performa di bawah standar. Tepatnya sejak 2016/2017 kala masih ditangani oleh Zinedine Zidane.
Isco dan Zidane kerap durumorkan tidak punya hubungan yang mesra. Sang pelatih diklaim sering mencadangkannya walau berada dalam tren apik karena alasan taktik maupun hal lain.
Setelahnya Isco tidak pernah kembali ke dirinya yang lama. Hanya saja sepertinya masih terlalu jelek untuk melabelinya sebagai wonderkid gagal hanya karena kariernya tidak sesuai prediksi publik di usia 30 tahun.
Pemlik 12 gol dan 38 caps timnas Spanyol itu masih punya 19 trofi bersama Real Madrid termasuk lima Liga Champions. Orang lain hanya bisa bermimpi untuk punya raihan sepertinya.
Kabarnya Isco saat ini tengah mencari klub baru di Spanyol, Italia, dan Inggris lepas dari Sevilla. Semuanya pasti berharap jika sebelum pensiun sang midfielder flamboyan bisa menunjukkan lagi magis layaknya pemenang Golden Boy.