x

Kenapa Kartu Kuning Diacungkan untuk Para Pemain dengan Selebrasi Melepas Jersey?

Sabtu, 14 Januari 2023 22:09 WIB
Editor: Izzuddin Faruqi Adi Pratama
Sebelum 2004, selebrasi gol dengan melepas jersey atau seragam masih sangat jamak dilakukan bahkan sejumlah pemain menjadikannya gaya perayaan andalan.

FOOTBALL265.COM - Sebelum 2004, selebrasi gol dengan melepas jersey atau seragam masih sangat jamak dilakukan bahkan sejumlah pemain menjadikannya gaya perayaan andalan.

Namun kini selebrasi tersebut semakin jarang terlihat mengingat prakteknya akan membuat wasit mencabut kartu kuning dari saku.

Meski tidak sepenuhnya punah karena di sejumlah kesempatan masih bisa terlihat pemain melepas bajunya usai mencetak gol yang sangat vital seperti gol di masa injury time, namun tidak bisa dipungkiri pemandangan ini semakin jarang terlihat.

Tentu saja para pelakunya akan tetap diganjar dengan kartu yang mana seringkali dianggap oleh para fans sebagai bentuk perusak momen dan emosi yang mana jadi daya tarik olahraga terutama sepakbola.

Sempat beredar anggapan jika selebrasi telanjang dada dilarang karena alasan kesopanan namun sebenarnya tidak demikian.

Baca Juga

Semuanya tertulis di aturan ke-12 The International Football Association Board yang membahas apa saja yang pemain boleh dan tidak lakukan setelah melesakkan gol.

Selain memanjat pagar tribun yang bisa memicu kecelakaan, melakukan gestur profokatif, menutup muka dengan topeng dan barang sejenisnya, mencopot pakaian juga disebut terlarang dalam bagian tersebut bahkan ketika pemain hanya menutupi wajah dengan bagian bawah baju tanpa benar-benar melepasnya.

Baca Juga

Aturan tersebut ditegakkan bukan tanpa alasan. Bahkan ada lima sebab kenapa kartu selebrasi dengan melepas baju hukumnya haram dalam sepakbola.

Yang pertama dan paling utama adalah untuk mencegah sponsor di bagian dada kaus pemain tidak terlihat dalam momen krusial.

Banyak brand besar dunia yang berinvestasi di sepakbola dengan tujuan mempromosikan produk mereka ke jutaan pasang mata tiap pekannya. Uang yang mereka kucurkan jauh dari kata sedikit sehingga keuntungan maksimal tentunya diinginkan.

Baca Juga

1. Tidak Memandang Motif

Mantan pemain klub Liga Spanyol Sevilla, Frederic Kanoute.

Contohnya di Liga Inggris dimana para klub seperti Arsenal, Chelsea, Liverpool, Manchester United, Manchester City, dan Tottenham Hotspur menerima lebih dari 40 juta Pounds dengan menyewakan ruang di jersey mereka setiap musimnya.

Andai selebrasi mencopot baju tidak dilarang, maka kans untuk para sponsor harus melihat logo mereka tidak tampak di tubuh atlet yang mereka bayar akan semakin besar.

Alasan kedua adalah untuk menghindari terjadinya selebrasi yang dianggap berlebihan mengingat membuka baju seringkali diterjemahkan sebagai gestur yang profokativ.

Langkah ini diambil juga untuk mencegah tindakan provokatif yang ditunjukkan dengan menuliskan pesan di dalaman para pemain baik itu yang berbau politik, agama, atau bahkan hanya sekedar ucapan selamat ulangtahun untuk keluarga dan orang terdekat.

Bahkan saat tujuannya baik sekalipun, tulisan di atas baju dalam tidak boleh ditunjukkan. Contohnya saja di kasus selebrasi Andres Iniesta di final Piala Dunia 2010.

Baca Juga

Kala menjebol gawang Belanda di waktu tambahan, Iniesta mencopot jersey-nya untuk menunjukkan pesan yang diperuntungkan pada Dani Jarque.

Jarque adalah teman setim Iniesta di timnas Spanyol sejak di level junior yang meninggal sekitar setahun sebelumnya. Meski demikian wasit tetap mengacungkan kartu kuning pada sang gelandang legendaris Barcelona yang kini merumput di Jepang bersama Vissel Kobe itu.

Baca Juga

Contoh lainnya adalah Frederic Kanoute di 2009. Saat sang strike Mali masih membela Sevilla dan mencetak gol ke gawang Deportivo La Coruna di ajang Copa del Rey, ia menunjukkan tulisan 'free Palestine' yang tertera di balik seragamnya.

Hasilnya seperti yang sudah adnda bisa tebak, ia diberi kartu kuning dan bahkan dijatuhi denda 3000 Euro. Kanoute yang merupakan seorang muslim tidak keberatan karena ia merasa punya kewajiba untuk mengkampayenkan kemerdakaan Palestina dari penindasan Israel.

Baca Juga

2. Akan Abadi Meski 'Dibenci'

Lionel Messi

Alasan berikutnya adalah mencegah terbuangnya waktu pertandingan. Kasus selebrasi Diego Forlan kala mencetak gol untuk Manchester United melawan Southampton di 2002 jadi dasar penerapannya.

Forlan sempat kesulitan untuk mengenakan jersey-nya lagi setelah merayakan golnya dengan meriah sembari bertelanjang dada. Hasilnya laga sempat diberhentikan sejenak sembari menanti sang bomber Uruguay kembali berpakaian.

Namun karena terlalu lama wasit pun terpaksa meneruskan pertandingan. Alhasil, Forlan harus berlari mengejar bola untuk sementara waktu dengan bagian pusar ke atas tanpa sehelai benangpun.

Masih berkaitan dengan kasus Diego Forlan, pelepasan jersey dalam perayaan gol juga ditakutkan bisa menimbulkan masalah dalam identifikasi pemain.

Tanpa seragam yang bertuliskan nama dan nomor punggung, ada kemungkinan wasit akan sulit mengenali pemain di lapangan.

Baca Juga

Meski kedengarannya agar terdengar absurd, namun memang seperti itulah peraturan yang berlaku dan disepakati.

Toh setelah dilarang pun masih banyak bermunculan selebrasi dengan lepas jersey yang akhirnya menjadi momen ikonik di sepakbola modern.

Baca Juga

Sebut saja selebrasi milik Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi yang mempamerkan nomor punggung mereka saat masih di Barcelona dan Real Madrid.

Atau Mario Balotelli yang bahkan punya dua memori besar sekaligus dengan selebrasi tanpa jersey yaitu di derby Manchester musim 2009/2010 dan semifinal Piala Eropa 2012 antara Italia vs Jerman.

Sampai kapanpun sepertinya jenis selebrasi ini tidak akan pernah hilang karena sifatnya yang memang spontan dan dipacu oleh emosi. Kecuali apabila nantinya diberlakukan hukuman yang lebih keras selain kartu kuning dan denda berupa uang.

Baca Juga
Cristiano RonaldoLionel MessiAndres IniestaMario BalotelliDiego ForlanJerseyFrederic KanouteKartu Kuning

Berita Terkini