Butuh Rp10 Miliar untuk Liga 2, PSDS Deli Serdang Siap Jual Saham 100 Persen
FOOTBALL265.COM - Belum pula mengarungi kompetisi Liga 2 2023/24, PSDS Deli Serdang sudah mengalami kesulitan finansial. Klub asal Kabupaten Deli Serdang ini dikabarkan siap melepas saham sampai 100 persen.
Niat tim berjuluk Traktor Kuning ini menjual saham klub tak lain tak bukan agar bisa mengarungi kompetisi kasta kedua di negeri ini, yang direncanakan akan bergulir pada September mendatang.
Kabar itu disampaikan langsung Manajer PSDS, Herman Sagita. Ia menyebut pihak klub siap melepas saham hingga 100 persen kepada pihak mana pun supaya bisa mengikuti Liga 2 musim ini.
"Kami mau jual saham PSDS. Mau 50 ataupun 100 persen," kata pria yang akrab disapa Cinwa ini kepada awak media di Lubuk Pakam, Selasa (4/7/23).
Namun, lanjut Cinwa, ia meminta kepada pihak-pihak yang ingin membeli saham PSDS tidak menghilangkan identitas klub kebanggaan Deli Serdang tersebut.
"Catatannya tidak menghilangkan identitas yang melekat pada PSDS. Baik itu nama, home base serta julukan yang disematkan di PSDS sejak dulu," tegasnya.
Kendati serba kekurangan, tambah Cinwa, pihaknya saat masih terus melakukan latihan rutin dengan pemain hasil seleksi yang digelar beberapa waktu lalu.
Diakuinya, tak sedikit dana yang dibutuhkan untuk mengarungi ketatnya Liga 2 musim ini. Setidaknya PSDS Deli Serdang membutuhkan biaya sekitar 10 miliar.
"Saat ini, kami sampaikan PSDS belum memiliki persiapan apa pun untuk menyongsong kompetisi yang akan berlangsung beberapa bulan mendatang," ungkap Herman Sagita.
1. Dasar Klasemen
"PSDS masih tetap fokus dalam pengembangan pemain lokal yang memiliki kemampuan cukup baik dalam sepak bola. Saat ini, kami cukup bersyukur masih bisa mempertahankan pemain yang ada," pungkasnya.
Diketahui, kesulitan dana yang dialami PSDS ini sudah terlihat sejak musim lalu. Di mana PSDS menghuni dasar klasemen sementara Grup zona Sumatra.
Akan tetapi, PSDS yang berstatus tim promosi dari Liga 3 musim 2022 ini tak jadi terdegradasi karena Liga 2 musim lalu dihentikan dan ditiadakan di tengah jalan imbas Tragedi Kanjuruhan, Malang.