Teofimo Lopez, Antara Sanjungan Mike Tyson dan Kerasnya Kehidupan Brooklyn
Kemenangan ini pun langsung menuai sorotan dari berbagai banyak pihak. Terlebih, lawan yang dikalahkan oleh Lopez adalah Lomachenko, pria yang menempati posisi nomor satu dalam daftar petinju terbaik dari semua kelas di dunia saat ini versi ESPN.
Dirinya kala itu langsung viral di berbagai lini masa media sosial. Tak sedikit pula yang memberikan pujian langsung kepadanya. Salah satunya adalah dua legenda tinju dunia, Mike Tyson dan Manny Pacquiao.
Congratulations to @TeofimoLopez for an undisputed great performance.
— Manny Pacquiao (@MannyPacquiao) October 18, 2020
“Selamat kepada @TeofimoLopez untuk gelar juara dunia sejati. Penampilan yang luar biasa,” tulis Manny Pacquiao di Twitter resminya.
Brooklyn was definitely in the house tonight. Lopez is the man to beat. Another Brooklyn champion. #LomaLopez
— Mike Tyson (@MikeTyson) October 18, 2020
"Brooklyn saat ini tengah berpesta. Lopez is the man to beat. Seorang juara lain dari Brooklyn," tulis Mike Tyson di Twitter resminya.
Nama daerah Brooklyn sendiri bukanlah hal yang untuk para pencinta olahraga tinju. Sebelum Mike Tyson, terdapat nama Albert Abraham Davidoff atau dikenal dengan nama Al Bummy Davis yang juga legenda tinju Amerika Serikat yang berasal dari Brooklyn.
Daerah Brooklyn sendiri memang dikenal keras. Mike Tyson sendiri sempat bercerita bagaimana kerasnya kehidupan di Brooklyn saat masih kecil, yang secara tidak langsung membantunya menjadi seorang pria bermental baja.
"Saya dahulu miskin dan hampir tuna wisma, kehidupan saya tidak pernah berjalan seimbang. Saya bahkan tidak ingin pergi ke sekolah, karena orang-orang disana pasti akan merundung saya," ucap Mike Tyson dilansir laman USA Today.
"Saya disiksa dengan seluruh cara seorang manusia bisa disalahgunakan sebagai anak-anak. Saya sering ditindas, dan itu memberikan efek mendalam. Saya berharap itu tidak terlalu mempengaruhi saya, tapi ternyata sangat berpengaruh," tambahnya.
Hampir serupa dengan Mike Tyson, Teofimo Lopez juga merasakan bagaimana kerasnya kehidupan di Brooklyn. Hanya saja, kerasnya kehidupan yang dirasakan oleh Lopez datang langsung dari ayahnya dan bersifat positif.
Kepada New York Times, Teofimo Lopez kecil mengaku mendapatkan 'siksaan' dari ayahnya untuk berlatih tinju. Lopez, yang kini berumur 23 tahun, diketahui sudah mengenakan sarung tinju di usia 2 tahun!
"Ayah saya membawa saya ke Red Hook, Gleason Gym saat saya masih sangat muda. Saat berusia 2 tahun, ayah mengenakan sarung tinju kepada saya. Saat itu saya hanya melihat bagaimana dirinya melatih seorang petinju amatir," ucap Teofimo Lopez.
Dalam sesi wawancara tersebut, Teofimo Lopez sempat mendapatkan pertanyakan kapan waktu pasti dirinya berlatih menggunakan sarung tinju secara nyata dan memukul anak seusianya di atas ring. Jawabannya pun memberikan sebuah kejutan kepada banyak pihak.
"Saat itu terjadi (berlatih tinju sungguhan dan memukul anak seusianya di atas ring), saya masih berusia 6 tahun. Mereka tidak melakukan persis seperti yang saya lakukan," jelas Lopez.
Mendapatkan pelatihan secara keras oleh ayahnya langsung, secara tidak sengaja menyiksa Teofimo Lopez dan merenggut masa kecil yang seharusnya ia dapatkan kala itu.
Namun, hasil penyiksaannya itu pun terbayarkan tuntas saat ini. Teofimo Lopez sukses membenamkan Vasyl Lomachenko, petinju asal Ukraina yang lebih senior sembilan tahun dibandingkan dirinya dan merenggut empat sabuk juara.